NOSTALGIA RASA: Anis Sulistijorini Kenangan
masa kecil saat duduk di bangku SD sungguh menggelitik, ingin rasanya tertawa
saat mengenang kembali. Ketika grup WA teman SD berkicau, kicauan semakin seru
karena saut menyaut diselingi tawaan. Rata-rata ingat waktu kita salah, tidak
mengerjakan PR, tidak disiplin, kita disetrap dan berdiri di depan. Kita tidak
marah atau dendam, justru kita ambil nilai positifnya. Guru SD kita yang sekarang sudah
sepuh, sangat menginspirasi. Beliau dengan telaten mengajarkan Matematika, IPA,
IPS, keterampilan dan lainnya. Kesabaran dan semangat dalam belajar selalu
digemakan. Kompetisi yang sehat dalam menjawab pertanyaan dan menyelesaikan
masalah membuat kita jadi berpacu. Bu Atmini guru kelas waktu kelas 1
membuatku jadi menangis karena wakti didekte nilaiku jelek, aku juga dijewer
saat membaca tidak bisa, tapi itu semua ungkapan sayang pada anak didiknya. Bu
Siti yang mengenalkanku nama-nama ilmiah untuk tumbuhan saat kelas 5
menginspirasiku untuk belajar lebih tentang tumbuhan. Pak Waspodo mengajakku
belajar tentang agama bersama anak-anak Kristiani lainnya. Sayang Beliau sudah
tiada, menghadap Sang Pencipta. Namun jasa-jasa Beliau sungguh tak terlupakan. Masa-masa di SMP membawa kenangan
tersendiri, ketika guruku Matematika Pak Bambang Sugeng selalu membandingkan
diriku dan kakakku yang super dalam bidang matematika. Ini membuatku jadi
terpacu untuk belajar lebih tentang matematika. Hasilnya tidak sia-sia, saat
Ebtanas aku mendapatkan nilai 9,25, padahal aku tergolong anak biasa saja,
bukan anak yang pandai. Demikian juga untuk pelajaran pembukuan, aku sering
mendapat nilai 100 dan pujian dari guruku. Memang guru kita dengan caranya memacu kita untuk
belajar lebih dan pujian perlu untuk membuat kita bersemangat. Masa-masa SMA membuatku berfikir
lebih untuk menentukan pilihan . Mau melanjutkan ke mana setelah SMA? Aku ingin
jadi dokter, aku suka biologi dan kesehatan, tapi biaya ke kedokteran mahal
sekali. Guruku Kimia Pak Choirul Anwar memberikan saran. Kalau aku lebih baik
menekuni Biologi saja. Setelah kupikir-pikir benar juga. Mempersiapkan anak
didik untuk menjadi dokter. Orang tuaku sangat mendukung aku memilih IKIP
jurusan Biologi. Dan syukurlah diterima di IKIP Negeri Surabaya. Inilah
anugerah untukku dipersiapkan menjadi guru. IKIP Negeri Surabaya menjadi
tempatku mengasah ilmu dan keterampilan menjadi guru biologi. Bekal yang
diberikan luar biasa. Bukan hanya itu, nilai-nilai yang ditanamkan kepada kami
dari Dosen dan karyawannya membentuk kami menjadi lebih siap untuk menjadi
guru. Prof. Soeparman Kardi dengan sabar dan telaten dalam membimbing kami.
Beliau pengajar di S1, S2, dan S3 di
IKIP Negeri Surabaya yang kini berubah nama menjadi UNESA. Sayang Beliau sudah
tiada, namun jasa, pengabdian Beliau sungguh luar biasa. Beliau sekaligus jadi
Dosen pembimbingku. Guruku idolaku. Beliau berjasa
membuatku berkembang. Nilai hidup yang Beliau tanamkan kepada kami yaitu nilai
kejujuran, kesabaran, ketelatenan, pantang menyerah membuatku semakin sadar
bahwa nilai hidup inilah yang harus aku perjuangkan. Aku hidupi supaya semakin
berkembang untuk diriku, keluarga, anak didik , dan masyarakat. |
GURU : Angie Bosco Ketika
saya masih kecil, permainan yang sering yang mainkan adalah main sekolah
sekolahan. Didalam permainan itu saya selalu menyusun kursi dan boneka boneka
saya untuk duduk manis menjadi muridnya dan saya adalah gurunya. Saya berbicara
sendiri ketika bermain karena kakak saya tidak suka bermain seperti itu maka
saya selalu sendirian bermain seperti itu. Saya tidak menyangka ternyata
permainan masa kecil itu menjadi sebuah kenyataan. Saya bermain seperti itu
sampai SD kelas 3. Ketika
saya menginjak remaja dan kami sekeluarga lagi berkumpul bersama, Mama cerita
kalo dulu sempat bilang ke kakak saya yang pertama “ lihat adikmu mainan
sekolah sekolahan dan kalo sudah besar pasti nanti jadi guru”. Saya denger
seperti itu sempat saya berontak dan bilang “ aku ga mau jadi guru,aku mau jadi
dokter supaya bisa mengobati papi dan mami”. Orangtua dan kakak saya hanya
ketawa, Papa saya bilang “ belajar yang rajin supaya bisa jadi dokter”. Perjalanan
hidup saya terus berjalan, saya masuk SMA mengambil jurusan IPA, saya tekun
belajar biologi dan kimia karena saya suka pelajaran itu. Sejak SMA saya sudah
menerima les lesan privat, kebetulan murid les pertama saya adalah anak play
grup B ( anaknya sangat aktif dan manja) jadi memang saya sudah terbiasa untuk
mengajar, jadi saya SMA sudah mempunyai penghasilan tambahan untuk membantu
orangtua saya. Akhirnya
naik kelas 3 SMA dan waktunya untuk memilih kuliah. Saya bersikeras tidak
mendaftar ke Universitas Swasta karena saya mau ikut UMPTN daftar dokter, pada
kenyataannya orangtua tidak memiliki biaya untuk masuk ke kuliah kedokteran
maka saya mengambil sebuah keputusan untuk mencari jurusan yang masih
berhubungan dengan orang dan bisa mengobati orang lain. Akhirnya pilihan saya
jatuh di jurusan Psikologi, awalnya orangtua tidak mengijinkan karena mereka
berpikiran kalo Psikologi tidak ada masa depannya (susah mencari pekerjaan) dan
hanya menangani orang gangguan jiwa saja. Saya bersikeras kuliah dan
membuktikan bahwa jurusan Psikologi berbeda dengan apa yang di pikirkan oleh
orangtua saya. Lulus
SMA saya berkuliah di Universitas katolik Widya Mandala jurusan Psikologi, saya
sangat senang bisa kuliah jurusan ini karena pada kenyataannya mata kuliahnya
semuanya berhubungan dan mempelajari tentang manusia. Saya sangat nyaman dan
senang kuliah di psikologi,saya telah menemukan chemastry nya. Waktu terus
berjalan dan sudah saaatnya saya untuk membuat skripsi, maka saya mengambil
skripsi berkaitan dengan anak kecil sehingga saya melakukan penelitian di
sebuah sekolah taman kanak kanak. Saya melakukan penelitian di sekolah tersebut
dan menjadi guru pendamping kelas. Setelah selesai skripsi,saya ditawari untuk
menjadi guru di sekolah tersebut. Saya bercerita kepada orangtua saya tentang
tawaran kerja menjadi guru,papa saya bilang “terserah kamu, kalo memang kamu
suka dan merasa nyaman ya di ambil aja tawaran itu” sedangkan mama saya bilang
“bagus itu, kamu sudah dapat kerja dan itu sesuai dengan dirimu waktu kecil
main sekolah sekolahan, terwujud sudah cita citamu “. Saya jadi galau dan jujur
bingung karena saya masih ingin kerja di rumah sakit tapi setelah saya merenung
dan membawa kegalauan saya dalam DOA maka saya ambil pekerjaan itu. Saya
jalani pekerjaan saya menjadi guru TK , setelah beberapa tahun saya menjadi
guru TK, saya merasa ada sesuatu yang masih kurang sreg karena kalo di TK ilmu
yang saya pelajari ketika kuliah belum terpakai, lalu saya mulai melamar kerja
di tempat lain yaitu di kantor dan di sekolah SMA. Mengapa saya mencoba melamar
di kantor? Karena selama menjadi guru saya hanya mendapat pendapatan yang jauh
dibawah UMR, saya iri dan pingin memiliki pendapatan yang besar dan bisa
memberi orangtua lebih banyak lagi.Mengapa melamar di sekolah tingkat SMA ?
Saya berpikir kalo menjadi guru BK di SMA maka ilmu yang saya dapat ketika
kuliah bisa diterapkan dan banyak hal hal yang menantang. Beberapa
waktu saya mendapat panggilan di SMAK Santa Agnes lalu saya diminta untuk
mengikuti berbagai macam tes lalu
keesokan harinya ada wawancara dengan ketua yayasan, informasi terakhir diberitahu
bahwa nanti akan di hubungi kembali jika diterima. Ketika masa penantian
tersebut saya mendapat panggilan kerja di sebuah perusahaan tempat saya ajukan
surat lamaran, dan setelah proses wawancara akhirnya saya diterima dengan pendapatan
UMR dan besoknya sudah mulai masuk kerja. Saya senang akhirnya bisa kerja di
kantor dan mendapat gaji besar sesuai dengan keinginan saya. Setelah beberapa
hari saya mengalami kejenuhan dan bosen yang sangat besar, ternyata kerja
dikantor tidak enak dan tidak sesuai dengan karakter saya yang suka tantangan
dan tidak bisa duduk manis di depan laptop. Dari kegalauan ini saya berdoa
supaya di kuatkan dan diberi petunjuk apakah bekerja dikantor ini memang masa
depan saya. Tidak lama kemudian saya mendapat panggilan dari SMAK Santa Agnes
bahwa saya diterima. Setelah mendapat kabar tersebut saya menjadi sangat
bingung harus memilih yang mana ( kerja di kantor dengan pendapatan besar UMR
tapi tidak sesuai dengan hati), sedangkan kerja di sekolahan pendapatan tidak
sebesar di perusahaan tapi kerjanya hanya sampai siang dan masih bisa lanjut
memberi les privat (hati merasa nyaman dan senang). Saya menceritakan semua kebingungan
yang saya hadapi ini kepada orangtua saya dan saya benar benar sangat bersyukur
karena orangtua saya memberikan saya kebebasan dan mendukung semua keputusan
yang saya ambil. Orangtua saya menyuruh saya supaya saya berdoa dan serahkan
semua kebingungan saya kepada Tuhan karena Tuhan pasti akan menolongmu dan
tidak pernah meninggalkan kamu sendirian ketika kamu ada masalah yang
terpenting serahkan semuanya kepada Tuhan. Saya melakukan semua yang di katakan
oleh orangtua saya, kebingungan kebingungan itu saya bawa dalam DOA dan saya
serahkan semua kepada Tuhan. Tuhan terima kasih atas semua anugrah dan berkat
yang Engkau berikan kepada yaitu orangtua yang sangat baik dan sayang kepadaku. Beberapa
saat setelah saya bergelut dengan kegelisahan atau kebingungan ini maka saya
memutuskan untuk menghadap ke pimpinan perusahaan untuk mengajukan surat
permohonan berhenti dari perusahaan tetapi Pimpinan dari perusahaan tempat saya
bekerja melarang saya untuk berhenti tapi saya bilang sejujurnya bahwa saya
nyaman bekerja menjadi seorangn guru, lalu pimpinan memberi saya kesempatan
selama 3 bulan seandainya ingin kembali saya tetap bisa bekerja diperusahaan. Setelah
menghadap kepada pimpinan perusahaan saya sempat bingung kembali dan meminta
waktu untuk berpikir sejenak (tetap berada diruang pimpinan) dari hasil
renungan saya yang sangat singkat maka saya mengambil sebuah keputusan bahwa
saya memilih untuk bekerja menjadi guru
BK di SMAK Santa Agnes, saya merasa jiwa saya memang suka sekali berkomunikasi
dengan manusia dan menolong sesama. Pimpinan perusahaan menerima keputusan saya
dan ketika akan meninggalkan ruangan pimpinan saya diberi sebuah amplop, saya
bertanya dalam hati “kenapa saya diberi amplop ini dan apakah isinya?” tak lama
pimpinan menjelaskan bahwa amplop ini adalah hak saya sebagai karyawan, karena
saya sudah bekerja disana maka saya berhak mendapatkan amplop beserta isinya (
penghasilan saya ketika beberapa waktu bekerja disana). Saya sangat terkejut
dan tidak menyangka padahal saya hanya sementara bekerja disana bahkan belum 1
bulan tapi sudah mendapatkan hak saya. Sungguh luar biasa dan memang perusahaan
tersebut profesional dan menghargai para karyawan karyawannya. Mengambil
sebuah keputusan itu adalah hal yang sangat sulit dan berat, tetapi jika kita
serahkan semua kepada Tuhan maka semua akan lebih mudah. Orangtua saya berpesan
bahwa segala keputusan yang kamu ambil harus benar benar tidak boleh kamu
sesali dan kamu harus bertanggung jawab atas semua keputusan yang kamu ambil.
Bekerjalah dengan hati yang gembira dan ingatlah untuk selalu BERDOA. Profesi
guru saya jalani mulai tahun 2004 – sekarang, setelah sekian lama baru saya
menyadari bahwa permainan semasa kecil saya menjadi sebuah kenyataan yaitu Saya
menjadi seorang GURU. Hal kecil yang pernah kita lakukan suatu saat tanpa kita
sadari akan menjadi sebuah kenyataan atau menjadi sesuatu yang berharga dalam
kehidupan kita. Saya
menjadi guru sampai saat ini adalah karena saya merasa nyaman, senang, sesuai
dengan hati. Selain itu dengan saya menjadi guru saya bisa memiliki waktu yang
cukup dengan anak anak saya karena jam kerja seorang guru tidak terlalu
panjang, sedangkan jika saya tetap bekerja di perusahaan maka saya pasti tidak
akan bisa mendampingi anak anak saya. Guru
adalah sebuah pekerjaan yang gampang gampang susah karena yang dihadapi adalah
manusia, dimana manusia itu dilahirkan sangat unik dan memiliki karakter yang
berbeda beda antara satu dengan yang lainnya. Disinilah saya merasakan sebuah
tantangan yang sangat besar dan sesuai dengan keinginan saya. Jika
kita mengerjakan segala sesuatu hal dengan hati yang senang dan sesuai dengan
diri atau keinginan bahkan kemampuan yang kita miliki maka pekerjaan tersebut
akan terasa mudah dan sangat menyenangkan. Selain itu jangan pernah lupa untuk
selalu mengucap syukur kepada Tuhan dan selalu mohon pendampingan, bimbingan
Tuhan supaya kita dapat menjalankan pekerjaan kita dengan baik dan semua akan
berjalan dengan lancar. |
HANYA SEBUAH PEMBERIAN Agustina Ria Santiningtyas Saya
tidak pernah memiliki cita-cita menjadi seorang guru. Tidak ada satu pun sosok
guru yang menginspirasiku untuk menjadi guru. Meskipun, kedua orang tuaku –keduanya
guru –juga tidak membuatku untuk menjadi guru. Yang terjadi adalah sebaliknya,
bagiku menjadi guru sama halnya mengulang keadaan yang sama seperti yang
dialami keluargaku. Gaji yang diterima orang tuaku ternyata tidak membawa
keluarga kami dalam kondisi ‘berada’ tetapi justru sebaliknya. Kedua orang
tuaku harus kerja keras menjadi petani sebagai ‘kerja sambilan’ agar dapur kami
tetap ‘ngebul’, dan anak-anak tetap bersekolah. Setiap pagi, kami –anak-anak
–harus berangkat sambil mengomel bahkan menangis karena uang saku yang ‘mepet’. Ketidakcukupan ini tidak hanya
berlangsung setahun, dua tahun, tetapi berlangsung lama. Namun demikian,
pandangan masyarakat mengenai sosok guru sebagai panutan, membuat kepala kami
tetap tegak. Hingga
suatu ketika aku dihadapkan pada pilihan, kuliah di jurusan yang kuinginkan
atau mengikuti keinginan orang tua untuk jadi guru. Pilihan yang sulit bagiku,
jika aku mengikuti keinginanku ternyata biaya yang dibutuhkan sangat banyak.
Melihat kondisi ekonomi keluarga yang ‘nge-pres’,
akhirnya aku lepaskan keinginanku ini, dan mengikuti keinginan orang tuaku. Hari-hari
perkuliahan di FKIP aku jalani dengan ngambang,
asal jalan. Belum ada sebersit panggilan dalam hatiku untuk jadi guru. Mata
kuliah yang aku ikuti, aku pandang sebagai ilmu pengetahuan saja. Angan-angan
setelah lulus akan mengajar juga belum terbentuk dalam pikiranku. Sampai pada
masa yang membawaku untuk yakin menjadi guru. Masa
itu ialah masa-masa saat aku mengikuti PPL di sebuah SMK swasta di Yogyakarta.
Di sekolah ini, para siswa berasal dari siswa-siswa yang tidak diterima di
sekolah favorit. Berbagai macam karakter aku temui di sekolah ini. Amburadul. Itu satu kata yang bisa aku
gambarkan mengenai keadaan para siswa. Setiap masuk kelas, sepanjang pelajaran
bukannya mereka mau mengikuti pelajaran saya, tetapi menggoda terus menerus.
Kondisi seperti justru memanggilku untuk ‘memperbaiki’ mereka. Pelan-pelan aku
mendekati dan memberikan kenyamanan agar mereka menerimaku. Tak jarang aku
mengajak mereka mengobrol, sharing,
bahkan konseling untuk mereka. Pendekatan ini ternyata juga memiliki manfaat
ketika aku menularkan ilmu pengetahuan kepada mereka. Aku semakin giat untuk
mengajari mereka, dorongan untuk terus memberi perhatian dan ilmuku semakin
kuat. Setelah
aku renungkan, ternyata semangat ingin memberi inilah yang mendorongku untuk
terus menjadi guru. Ternyata bukan materi yang membuatku menjadi kaya dan
sukses, tetapi karena aku memberi yang aku punya kepada anak-anak membuatku
makin kaya. Aku menjadi mengulang masa-masa ketika setiap pagi aku menyaksikan
kedua orangtuaku harus berjalan berkilo-kilo untuk mengajar. Ternyata mereka
punya alasan lain, alasan yang sama mungkin denganku. Ketika aku sudah tidak
mengajar mereka, para siswa akan terus membawat apa yang sudah aku beri untuk
mereka. Aku memberi mereka bekal hidup. Bukankah itu makna kita hidup? |
Is It Love by Vanessa Baby K. XII Bahasa Hana adalah
seorang mahasiswi di sebuah universitas. Ia merupakan seorang gadis yang ramah
dan baik hati. Seringkali ia ceroboh dalam melakukan segala hal. Ia sangat suka
menggambar sehingga ia mengambil jurusan yang berhubungan dengan menggambar. Di suatu pagi, Hana sedang
bersiap-siap untuk berangkat kuliah. “Ma, aku berangkat dulu ya!”
pamit Hana kepada ibunya. “Iya nak, hati-hati!” balas
ibunya. Di kelas, Hana mendapatkan tugas
kelompok untuk membuat sebuah komik. Satu kelompok berisikan dua orang. Mereka
diberi waktu selama satu bulan untuk menyelesaikan tugas tersebut. Saat
pemilihan anggota kelompok, ada seorang mahasiswa yang sedang mencari kelompok.
Mahasiswa itu melihat ke arah Hana yang kebetulan belum memiliki kelompok. Mahasiswa
itu pun berjalan ke arah Hana dan berkata apakah Hana mau berkelompok
dengannya. “Oh, iya boleh.” jawab Hana. “Terima kasih.” balas si
mahasiswa itu. Setelah selesai pelajaran, Hana
terduduk di bangku taman belakang kampus. Hana sedang bertelepon dengan ibunya.
Saat tengah bertelepon, secara tidak sadar Hana sedang diperhatikan oleh
mahasiswa tersebut. Setelah selesai bertelepon, Hana berjalan keluar taman
untuk pulang. “Halo!” sapa mahasiswa itu
kepada Hana. “Hai! Kamu mahasiswa yang tadi
ingin berkelompok denganku ya?” tanya Hana. “Iya, benar.” balas mahasiswa itu. “Hmm, besok mau kerja bersama?”
tanya mahasiswa itu. “Iya boleh, tapi mau kerja di
mana?” balas Hana. “Bagaimana kalau di Kafe Baby
Bong? Kamu tahu?” “Iya aku tahu, kebetulan aku ingin
sekali mengunjungi kafe itu!” “Ok, besok kita kerjanya di sana
ya. Jam 2 bisa?” “Bisa.” jawab Hana. Keesokan harinya, mereka sedang
dalam perjalanan masing-masing menuju Kafe Baby Bong. Mahasiswa itu sudah
sampai terlebih dahulu di sana. Kira-kira 5 menit setelah sampai di Kafe,
datanglah Hana. Kemudian mereka mulai
berkenalan. “Hai, maaf ya aku agak telat.”
sapa Hana. “Nggak kok, aku baru aja
sampai.” balas mahasiswa itu. “Oh, hehehe.” Jawab Hana. “Ngomong-ngomong, kita belum
berkenalan sejak pertama kali bertemu.” “Oh iya, namaku Hana!” (sambil
mengulurkan tangan). “Namaku June!” (mengulurkan
tangan). Lalu June bertanya kepada Hana, “Hana, kamu mau pesan minuman
apa?” “Aku pesan milkshake coklat aja. Kamu mau pesan apa?” jawab Hana. “Aku pesan Americano. Sebentar ya, aku pesenin dulu ya.” “June! Ini uangnya.” sambil
memberikan uang kepada June. “Nggak usah, aku aja yang bayarin.”
balas June. “Beneran nggak papa?” tanya
Hana. “Iya Hana, nggak papa” jawab
June sambil tersenyum. “Terima kasih ya June!” balas
Hana. “Sama-sama Hana.” jawab June. Sudah sekitar dua jam mereka
berdua di kafe itu. Di sana mereka mengerjakan tugasnya sambil
berbincang-bincang tentang keseharian mereka. Mereka menjadi lebih mengenal
satu sama lain. Tiba-tiba Taeri, sahabat Hana menelpon Hana. “Halo?” sambil menjawab telpon. “Hana! Kamu di rumah?” tanya
Taeri. “Nggak Ri, aku lagi di luar.”
jawab Hana. “Di mana? Ngapain?” tanya Taeri. “Aku lagi di kafe, ngerjain
tugas kelompok.” jawab Hana. “Cie, sama siapa ya.” goda
Taeri” “Sama temen kampus lah, sama
siapa lagi.” balas Hana. “Hahaha ok, aku cuman mau
ingetin aja kalo novel kamu masih aku pinjem. Kamu kan lupaan orangnya.” jawab
Taeri. “Oh iya. Hahaha. Ok” balas Hana. “Ya udah, lanjut aja kerjanya.”
jawab Taeri. “Ok, aku lanjut kerja dulu ya.”
balas Hana. Lalu, June dan Hana melanjutkan
pekeerjaan mereka. Setelah mengerjakan, June mengajak Hana untuk menemaninya
membelikan kado untuk ibunya. June berpikir bahwa Hana bisa membantu memilihkan
kado yang pas untuk ibunya karena ia perempuan. Hana pun mau menemani June
untuk membelikan ibunya kado. Selama di kafe, secara tidak
sadar mereka sedang diperhatikan oleh seseorang. Orang itu bernama Jinyoung. Ia
adalah pekerja paruh waktu di Kafe BongBong itu. Jinyoung juga seorang
mahasiswa di kampus yang sama dengan Hana dan June, hanya saja ia berbeda
jurusan dengan mereka. Jinyoung adalah orang yang ramah, rajin, dan sabar.
Jinyoung hanya sekedar kenal dengan June dan Hana. Mereka berkenalan saat di
kantin. Hana yang sedang berjalan berdua dengan June, tidak sengaja terjatuh
dan menumpahkan minumannya ke pakaian Jinyoung. Setelah membelikan kado untuk
ibunya, June pun mengantarkan Hana pulang ke rumahnnya. Saat di rumah, June
menelepon temannya jika dia menemukan teman yang cantik dan polos. June memang
anak yang bisa dibilang nakal dan selalu seenaknya sendiri. Akhirnya ia diberi
taruhan untuk mendapatkan hati cewek itu, Hana. Ia harus berpacaran dengan Hana
selama satu bulan. Jika June berhasil, ia akan mendapatkan mobil BMW dari
temannya itu. Akhirnya June pun menerima taruhan tersebut. Tiga hari kemudian, mereka
melanjutkan tugas mereka di kafe yang sama, yaitu Kafe BongBong. June mulai
berbicara kepada Hana. Hana sangat terkejut dengan pertanyaan June. Ternyata
June bertanya apakah Hana mau menjadi pacarnya. Hana pun bingung menjawabnya.
Akhirnya Hana mau menerima June karena ia merasa nyaman bersama June. June pun
merasa senang karena ia akan mendapatkan itu. Akhirnya mereka resmi berpacaran sejak
hari itu. Tak sengaja, Jinyoung mendengar
percakapan mereka. Jinyoung merasa kecewa karena Hana berpacaran dengan June.
Jinyoung sebenarnya ingin sekali mengatakan pada Hana bahwa ia sangat menyukai
Hana. Tetapi Jinyoung takut jika ia yang bukan apa-apa mengganggu mereka
berdua. Ia selalu memikirkan Hana sampai sekarang setelah pertama kali bertemu
dengan Hana di kafe. Akhirnya Jinyoung hanya diam memerhatikan mereka berdua. Dua Minggu kemudian, June dan
Hana mengerjakan tugas mereka untuk terakhir kalinya karena tinggal membuat cover komik saja. Seperti biasa, Hana
memesan milkshake Coklat, June
memesan Americano. Setelah selesai,
mereka membicarakan tentang rencana kencan untuk besok. Saat June sedang ke
toilet, tiba-tiba ponselnya berdering. Hana melihat, ternyata teman June yang
menelpon. Lalu muncul pesan masuk. Hana tidak menghiraukannya. Lalu ada pesan
masuk lagi. Hana pun penasaran dan membukanya. Ternyata dari teman June yang
berisi ”Hey June!! Gimana hubunganmu sama cewek itu? Namanya siapa? Hana ya?
Sabar ya, tinggal dua minggu lagi selesai kok. Pokoknya jangan putus aja
sebelum satu bulan. Yang terpenting JANGAN SAMPE KETAHUAN . Cuman mau ngingetin
aja, OK.” Hana diam sejenak dan tidak percaya
dengan apa yang dia baca barusan. Tak lama kemudian, butiran-butiran mutiara
yang sangat berharga jatuh di pipi Hana. June yang baru keluar dari toilet,
kaget melihat Hana yang tiba-tiba menangis. “Hana! Kamu kenapa menangis?”
tanya June sambil memegang wajah Hana. “Kamu kenapa kaya gini sama
aku?” jawab Hana sambil memukul tangan June. “Aku ga ngapa-ngapain kamu
Hana.” balas June. “Kalo gitu jelasin sekarang, ini
maksudnya apa!” bentak Hana sambil menunjukkan pesan masuk dari temannya. June pun bingung untuk
menjelaskannya dan terbata-bata saat menjelaskan semuanya kepada Hana. Hana
sangat kecewa dan marah pada June karena telah membohonginya selama ini. Hana
menangis sambil meninggalkan kafe tersebut dan akhirnya putus dengan June. June
marah dan kesal. Lalu June putus hubungan dengan Hana. Jinyoung yang
menyaksikan kejadian itu sangat terkejut dan merasa kasihan dengan Hana. Keesokan harinya Hana pergi ke
kafe itu sendirian dan memesan Americano.
“Ini pesanannya.” kata Jinyoung. “Terima kasih.” jawab Hana
dengan nada sedih. Lalu Hana duduk di bangku
belakang kafe dengan termenung sendirian. Jinyoung yang kebetulan sedang
membuang sampah karena pekerjaan telah selesai, melihat Hana yang termenung
sendirian di sana. Jinyoung pun menghampiri Hana. Hana tidak sadar jika
Jinyoung sedang menghampirinya dan duduk di sebelahnya. Lalu Jinyoung pun mulai
menanyakan mengapa sendirian ia duduk di sana. Hana menjawab dengan nada lemah
bahwa ia tidak apa-apa. Secara tidak sadar, air mata Hana mulai mengalir.
Jinyoung yang melihat hal tersebut langsung memberikan sapu tangannya kepada
Hana. Setelah mengusap air matanya, Hana mulai bercerita kepada Jinyoung
tentang apa yang dialaminya kemarin. Hana menceritakan semuanya tentang dirinya
dan June dari awal bertemu hingga kemarin. Jinyoung mendengarkannya sambil
menepuk-nepuk bahu Hana dengan lembut. Saat menceritakan tentang apa
yang terjadi tadi malam, Hana mulai menangis dan tidak bisa berhenti menangis.
Akhirnya Jinyoung mencoba untuk menenangkan Hana dengan memeluknya. Hana
menangis tersedu-sedu di pelukan Jinyoung. Setelah lelah menangis, Hana meminta
maaf kepada Jinyoung karena sudah mengganggunya dan membuatnya bingung.
Jinyoung tersenyum kepada Hana dan berkata “nggak apa-apa. Perasaan, emosi,
harus dikeluarkan. Jangan selalu dipendam dan dipikirkan sendiri. Mungkin saja
ada orang yang dapat membantumu dan menenangkanmu.” “Terima kasih
Jinyoung, aku tidak menyangka ternyata kamu adalah orang yang sangat baik.”
kata Hana sambil membalas senyuman Jinyoung. Setelah satu bulan berlalu, hubungan
Hana dengan Jinyoung menjadi lebih dekat dari biasanya. Secara tidak sadar,
mulai muncul rasa suka Hana terhadap Jinyoung. Selama satu bulan ini, Hana
pusing dan bingung karena selalu memikirkan Jinyoung. Suatu hari, Hana diajak Jinyoung
untuk menemaninya pergi ke taman hiburan. Saat Hana datang, ia melihat Jinyoung
dengan pakaian kasualnya yang keren. Hana seperti terhipnotis saat melihat
Jinyoung. Jinyoung tersenyum padanya. Saat Jinyoung tersenyum ke arahnya, hati
Hana mulai berdegup kencang. Hana bingung dan berpikir. Apakah ini yang dinamakan cinta? -Tamat- |
The Tale of Two Destiny by Kevin O. XII Bahasa |
Workshop bersama Ubaya Dalam Rangka Lustrum Ke 11 SMAK Santa Agnes, Dua Dosen Ubaya Isi Workshop (artikel ditulis oleh: Fadjar Effendi Rasyid) Tepatnya Kamis, 11
Oktober 2018, dua dosen Ubaya ditunjuk menjadi pembicara di dua workshop
berbeda yang diadakan oleh SMAK St. Agnes Surabaya. Workshop ini diadakan
sebagai salah satu rangkaian acara Sosialisasi Expo Budaya dalam rangka Lustrum
ke-11. Workshop ini melibatkan 600 siswa yang terbagi menjadi dua kelompok
besar. Kelompok pertama yakni 400 siswa gabungan dari kelas X dan kelas XII,
dan kelompok kedua yakni 200 siswa kelas XI. Kedua workshop ini diadakan pada
jam 12:30 hingga 14:00. Workshop pertama mengambil tema: “Motivasi Berprestasi†dan diisi
oleh Dr. Dra. Setiasih, M.Kes. Psikolog., dosen dari Fakultas Psikologi Ubaya.
Workshop pertama ini diwajibkan untuk anak-anak SMA kelas X dan XII. “Ini
diberikan kepada kelas X dan XII karena di usia tersebut anak-anak sedang
menghadapi pilihan untuk studi lanjut, baik IPA-IPS untuk kelas X, ataupun
studi lanjut di perguruan tinggi,†ungkap Dra. Lusia Yekti Handayani, M.Pd.,
selaku Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum SMA St. Agnes. Workshop ini
dilakukan di Gereja Katolik Kristus Raja Surabaya yang tidak jauh dari lokasi
SMA St. Agnes. Dalam workshop yang pertama ini, Setiasih memaparkan pentingnya
bagi siswa untuk membedakan antara mimpi dan goal. “Kalau mimpi itu hanya
angan-angan, tapi kalau goal itu harus disertai dengan tindakan yang nyata,â€
tegasnya. Lebih lanjut lagi, Setiasih memaparkan pentingnya memiliki tujuan dan
tidak hanya berhenti di mimpi, karena jika berhenti di mimpi manusia cenderung
kehilangan arah dan tidak bertindak secara nyata. “Jika kita memiliki tujuan /
goal, itu akan memberi kita fokus dan otomatis kita akan selangkah lebih dekat
dalam menyelesaikan tujuan tersebut,†jelas dosen berkacamata ini. Workshop kedua dengan tajuk utama “Aturan Penggunaan Media Sosial
di Kalangan Remaja SMA†ini mengundang narasumber lain yang tidak kalah
berpengalaman di bidangnya yakni Njoto Benarkah S.T., M.Sc., Direktur SIM
Universitas Surabaya. Dalam workshop kedua ini Njoto menekankan mengenai
pentingnya untuk bijak dalam bermedsos. “Kalau mau makan, upload dulu atau foto
makannya dulu? Hayoo,†ungkapnya jahil disambut gelak tawa dari siswa. Njoto
menekankan pentingnya menahan diri dalam mengupload hal-hal yang tidak perlu,
karena semakin sering dan semakin detail kita upload akan semakin rentan
mengalami kejahatan. Njoto juga mengungkapkan cara-cara bermedsos dengan bijak
yang mudah diingat “3 point saja. Pertama: jangan alay, kedua: Jangan
memprovokasi, ketiga: lebih berempati pada orang lain,†jelasnya. Kurang lebih 600 siswa
yang hadir sangat menikmati proses workshop yang diadakan. Terbukti dari jumlah
siswa yang mengungkapkan pertanyaan ataupun keprihatinannya dengan narasumber
sambil berdiskusi dengan dinamis. “Kedua workshopini memang
termasuk dalam kurikulum yang dirancang oleh guru BK, dan berfungsi sebagai
bagian dalam pembinaan khusus karakter siswa,†ungkap Lusia. Kedua tema ini
sudah dirancang sedemikian rupa sehingga tepat sasaran sesuai dengan umur dan
kebutuhan peserta, lantas mereka sangat menikmatinya. (sml) |
Jelajah KRI JELAJAH
KAPAL KEPAHLAWANAN HARI
PAHLAWAN 2017 30
OKTOBER – 1 NOVEMBER 2017 <!--[if gte vml 1]> Hai, teman-teman! Apakah kalian pernah naik kapal?
Kali ini, saya akan menceritakan pengalaman saya naik kapal, nih. Eitts, bukan
kapal sembarangan loh! Kapal ini adalah KRI dr. Soeharso yang merupakan kapal
bantu kesehatan TNI Angkatan Laut. Kapal ini terdiri dari 6 lantai dan sangat
luas. Mereka bisa melakukan operasi di dalam kapal, loh! Pemandangan dari atas
kapal juga sangat indah. <!--[if gte vml 1]> Saya berangkat mewakili sekolah bersama dengan
teman-teman saya,Victor
Marcellino Liangga dan Ni Putu Kartika Paramita, serta guru sejarah saya Pak Robert Tajuddin. Perjalanan ini dilaksanakan dalam rangka
memperingati Hari Pahlawan
2017 dan diselenggarakan oleh Kementerian Sosial Republik Indonesia yang
berkerjasama dengan TNI Angkatan Laut Armada Timur. Kegiatan ini berlangsung
selama 3 hari 2 malam di atas kapal di selat Madura.
Ini adalah kegiatan besar yang bertaraf provinsi. Peserta diambil dari 114
orang peserta olimpiade pahlawan sejarah yang dilaksanakan tanggal 18 Oktober
yang lalu. 31 orang guru pendamping dari masing-masing sekolah. Ditambah dengan
beberapa instansi sosial di provinsi Jawa Timur, seperti Karang Taruna, TAGANA,
Pesantren, Pramuka, dan lain-lain.
Kami tidur di atas kapal. Jangan salah tangkap ya!
Kapal ini berbeda dengan kapal yang kita naiki ketika ingin menyeberang dari
Banyuwangi ke Bali. Jadi memang di kapal ini ada kamar tidurnya. Tapi, karena
pesertanya ada sekitar 400 orang, jadi kamar yang ada masih kurang. Kamar perawatan
juga dijadikan kamar tidur. Bagi yang putra, tidurnya di car deck, yaitu tempat parkir mobil. Tapi tidak tidur di bawah, ya!
Para tentara menyediakan tempat tidur untuk mereka meskipun bukan ranjang.
Kegiatannya bermacam-macam. Ada pelepasan kapal oleh
para pejabat TNI Angkatan Laut, bakti sosial, materi yang disampaikan oleh
putra dari Bung Tomo. Bakti sosial itu dilakukan pada hari kedua di Kabupaten
Bangkalan, Madura. Upacara penutupan dilaksanakan di hari ketiga di deck heli kapal dan ditutup secara
langsung oleh Ibu Menteri Sosial Republik Indonesia. Kami juga sempat
mengunjungi KRI Dewaruci dan Monumen Jales Viva Jaya Mahe. <!--[if gte vml 1]> Foto
bersama peserta dari SMA Hang Tuah Surabaya di depan KRI Dewaruci.
Banyak pengalaman yang saya dapatkan dari perjalanan
ini. Kata-kata yang paling berkesan bagi saya adalah “Hadiah terbaik bagi
seorang pembicara adalah didengarkan dan dilakukan.†Kesederhanaan, kebersamaan
dan sikap saling menghargai yang diajarkan melalui kebiasaan berbagi meskipun
berbeda agama dan suku juga sangat berarti bagi saya. Intinya, mengikuti kegiatan seperti ini memberikan pengalaman yang
benar-benar ingin saya terapkan dan juga bagikan.
Selain mendapatkan ilmu mengenai bela negara, kami juga mendapatkan
banyak pengalaman baru, kenalan baru, bisa juga cuci mata, dapat sangu pula!
Bebar-benar
seru loh! Jarang-jarang ada kegiatan seperti ini. Sungguh kesempatan yang tak
kan terlupa!
Nah pesan dari kegiatan ini bagi kita sebagai pemuda zaman ini adalah bahwa kita harus bisa menjadi sumber pengaruh yang
baik agar bisa memajukan Indonesia. Masa depan negara Indonesia terletak di
tangan kita sebagai kaum muda penerus bangsa. Melalui kegiatan seperti ini kita
bisa menyadari hal-hal tersebut. Semoga dengan sharing pengalaman saya ini, kalian terinspirasi untuk mengikuti
kegiatan seperti ini. (Imelda Juliana, XI Bahasa) |
Puisi Vania Ozora XII Bahasa Kelabu
di Antara Biru Manik pekatmu terasa
pudar hari ini, Ujarku padamu, “ baik –
baik sajakah dirimu?” Putihmu menjadi abu –abu Merahmu tiba – tiba
menjadi hitam Dan guratan biru milikmu
terkontaminasi menjadi kelabu Bibirmu berujar mengenai sesuatu yang menyedihkan Dan aku tersentak akannya Seperti cakrawala senja
yang mendengarmu Rembulan yang berjalan
dari kediamannya, merintih akanmu Kau, Sahabatku Kita memang kelabu di
antara biru Namun kita bersama dan
akan selalu seperti itu Kita memang kelabu di
antara biru Yang sendu akan situasi Kau dan aku adalah satu Kita telah menyatu Dalam hujan dan tawa sang
surya Dalam awan dan
kepergiannya Kau,sahabatku Aku ingin berkata padamu, “ aku sungguh
mengasihimu” Kelabu di Antara Biru Vania Ozora XII Bahasa |
Puisi Pluto oleh Santa Neke XII Bahasa Pluto Santa Neke XII Bahasa Kau dapat dengan mudahnya membuat diriku berpikir bahwa kau
adalah pusat dari galaksi Bima Sakti ini Kau bagaikan matahari yang merupakan pusat nya Dan aku bagaikan pluto yang tak dianggap Aku jauh dari kehangatanmu Aku jauh dari ruang lingkupmu Aku berbeda dari merkurius yang sangat dekat denganmu Sang merkurius yang dapat berbagi suka dan duka bersama Sang merkurius yang dengan mudahnya mendapatkan kehangatanmu Sang merkurius yang selalu ada dan menemanimu Aku ingin bercerita kepada para bintang Betapa tak adilnya alam ini Tetapi ku tak mempunyai cukup keberanian Aku ingin bercerita kepada para satelit Mengapa alam sungguh tak adil kepadaku Tetapi lagi-lagi aku terlalu takut untuk itu Pada akhirnya aku hanya menyimpan semua ini untuk diriku
sendiri Pada akhirnya aku, pluto yang kesepian ini akan selamanya
sendiri Dan pada akhirnya aku, sang pluto ini akan terus mencintai
sang matahari dengan tulus walau sampai kapanpun tak akan pernah terbalaskan |
Cerpen Vania Ozora XII Bahasa Serpihan Dunianya Vania Ozora / XII
Bahasa SMAK Santa Agnes ?? Ada setitik cahaya
di ujung jalan yang menyilaukan maniknya. Semakin dekat, semakin dekat, membuat
kelopaknya menutup lebih rapat. Tanpa ia sangka, tubuhnya terguyur genangan air
hujan di tengah jalan. Cahaya yang menyilaukan maniknya itu telah hilang
melewatinya. Lalu, ia terdiam di sana. ?? Cakrawala tersenyum
cerah ke arah gadis kecil di ujung sana, surya menghangatkan puncak kepalanya,
embusan udara mengusap kulit miliknya dengan lembut, dan maniknya tak melihat
apapun. Hanya mendengar dan merasakannya. ?? Langkahnya menggebu
- gebu menuruni jalan bebatuan di sana, dengan segenggam kelopak lotus.
Rerumputan mengkhawatirkannya, dedaunan mengiringi langkahnya. Air bercucur
dari pelipis kepalanya dan dirinya terjatuh di hadapan kediamannya sendiri. Ia
sudah terjatuh sebanyak tiga kali, namun ia bangkit sebanyak empat kali.
Segenggam kelopak lotus dan dirinya melewati gerbang kayu di sana dengan
secercah harapan yang tercurah pada perasaannya. ?? Seorang pemuda
bermantel marun mengayuh sepeda tua itu dengan sekuat tenaga. Menuruni jalanan
di sana, hingga dirinya terjatuh dan membuat pergelangan kakinya terkilir.
Tetapi, ia kembali berdiri dan berlari. Dengan sebuah cangkir tua berwarna
putih kusam. Ranting pepohonan terisak padanya, kumbang di atas pohon kini
terbang menemaninya. Sebuah padang rumput luas tampak pada irisnya. Langkah
terseok - seoknya menjamah ilalang di sana dengan kebahagian dan bulir air yang
menetes dari pelupuk matanya. Embusan udara bersorak sorai padanya dan rembulan
mulai menampakkan dirinya. ?? Dirinya masih
terdiam di sana. Genangan air hujan yang baru saja mengguyurnya seolah membuat
sesuatu yang baru dalam hidupnya. Maniknya, manik kelabu itu melihat semuanya.
Semua itu. Serpihan dunianya. - Kelabu yang menghapus hitam Kelabu yang menghapus putih Kelabu yang menunjukkan segalanya - Tamat |