Kenangan
masa kecil saat duduk di bangku SD sungguh menggelitik, ingin rasanya tertawa
saat mengenang kembali. Ketika grup WA teman SD berkicau, kicauan semakin seru
karena saut menyaut diselingi tawaan. Rata-rata ingat waktu kita salah, tidak
mengerjakan PR, tidak disiplin, kita disetrap dan berdiri di depan. Kita tidak
marah atau dendam, justru kita ambil nilai positifnya.
Guru SD kita yang sekarang sudah
sepuh, sangat menginspirasi. Beliau dengan telaten mengajarkan Matematika, IPA,
IPS, keterampilan dan lainnya. Kesabaran dan semangat dalam belajar selalu
digemakan. Kompetisi yang sehat dalam menjawab pertanyaan dan menyelesaikan
masalah membuat kita jadi berpacu.
Bu Atmini guru kelas waktu kelas 1
membuatku jadi menangis karena wakti didekte nilaiku jelek, aku juga dijewer
saat membaca tidak bisa, tapi itu semua ungkapan sayang pada anak didiknya. Bu
Siti yang mengenalkanku nama-nama ilmiah untuk tumbuhan saat kelas 5
menginspirasiku untuk belajar lebih tentang tumbuhan. Pak Waspodo mengajakku
belajar tentang agama bersama anak-anak Kristiani lainnya. Sayang Beliau sudah
tiada, menghadap Sang Pencipta. Namun jasa-jasa Beliau sungguh tak terlupakan.
Masa-masa di SMP membawa kenangan
tersendiri, ketika guruku Matematika Pak Bambang Sugeng selalu membandingkan
diriku dan kakakku yang super dalam bidang matematika. Ini membuatku jadi
terpacu untuk belajar lebih tentang matematika. Hasilnya tidak sia-sia, saat
Ebtanas aku mendapatkan nilai 9,25, padahal aku tergolong anak biasa saja,
bukan anak yang pandai. Demikian juga untuk pelajaran pembukuan, aku sering
mendapat nilai 100 dan pujian dari guruku. Memang guru kita dengan caranya memacu kita untuk
belajar lebih dan pujian perlu untuk membuat kita bersemangat.
Masa-masa SMA membuatku berfikir
lebih untuk menentukan pilihan . Mau melanjutkan ke mana setelah SMA? Aku ingin
jadi dokter, aku suka biologi dan kesehatan, tapi biaya ke kedokteran mahal
sekali. Guruku Kimia Pak Choirul Anwar memberikan saran. Kalau aku lebih baik
menekuni Biologi saja. Setelah kupikir-pikir benar juga. Mempersiapkan anak
didik untuk menjadi dokter. Orang tuaku sangat mendukung aku memilih IKIP
jurusan Biologi. Dan syukurlah diterima di IKIP Negeri Surabaya. Inilah
anugerah untukku dipersiapkan menjadi guru.
IKIP Negeri Surabaya menjadi
tempatku mengasah ilmu dan keterampilan menjadi guru biologi. Bekal yang
diberikan luar biasa. Bukan hanya itu, nilai-nilai yang ditanamkan kepada kami
dari Dosen dan karyawannya membentuk kami menjadi lebih siap untuk menjadi
guru. Prof. Soeparman Kardi dengan sabar dan telaten dalam membimbing kami.
Beliau pengajar di S1, S2, dan S3 di
IKIP Negeri Surabaya yang kini berubah nama menjadi UNESA. Sayang Beliau sudah
tiada, namun jasa, pengabdian Beliau sungguh luar biasa. Beliau sekaligus jadi
Dosen pembimbingku.
Guruku idolaku. Beliau berjasa
membuatku berkembang. Nilai hidup yang Beliau tanamkan kepada kami yaitu nilai
kejujuran, kesabaran, ketelatenan, pantang menyerah membuatku semakin sadar
bahwa nilai hidup inilah yang harus aku perjuangkan. Aku hidupi supaya semakin
berkembang untuk diriku, keluarga, anak didik , dan masyarakat.