Serpihan Dunianya
Vania Ozora / XII
Bahasa
SMAK Santa Agnes
??
Ada setitik cahaya
di ujung jalan yang menyilaukan maniknya. Semakin dekat, semakin dekat, membuat
kelopaknya menutup lebih rapat. Tanpa ia sangka, tubuhnya terguyur genangan air
hujan di tengah jalan. Cahaya yang menyilaukan maniknya itu telah hilang
melewatinya. Lalu, ia terdiam di sana.
??
Cakrawala tersenyum
cerah ke arah gadis kecil di ujung sana, surya menghangatkan puncak kepalanya,
embusan udara mengusap kulit miliknya dengan lembut, dan maniknya tak melihat
apapun. Hanya mendengar dan merasakannya.
??
Langkahnya menggebu
- gebu menuruni jalan bebatuan di sana, dengan segenggam kelopak lotus.
Rerumputan mengkhawatirkannya, dedaunan mengiringi langkahnya. Air bercucur
dari pelipis kepalanya dan dirinya terjatuh di hadapan kediamannya sendiri. Ia
sudah terjatuh sebanyak tiga kali, namun ia bangkit sebanyak empat kali.
Segenggam kelopak lotus dan dirinya melewati gerbang kayu di sana dengan
secercah harapan yang tercurah pada perasaannya.
??
Seorang pemuda
bermantel marun mengayuh sepeda tua itu dengan sekuat tenaga. Menuruni jalanan
di sana, hingga dirinya terjatuh dan membuat pergelangan kakinya terkilir.
Tetapi, ia kembali berdiri dan berlari. Dengan sebuah cangkir tua berwarna
putih kusam. Ranting pepohonan terisak padanya, kumbang di atas pohon kini
terbang menemaninya. Sebuah padang rumput luas tampak pada irisnya. Langkah
terseok - seoknya menjamah ilalang di sana dengan kebahagian dan bulir air yang
menetes dari pelupuk matanya. Embusan udara bersorak sorai padanya dan rembulan
mulai menampakkan dirinya.
??
Dirinya masih
terdiam di sana. Genangan air hujan yang baru saja mengguyurnya seolah membuat
sesuatu yang baru dalam hidupnya. Maniknya, manik kelabu itu melihat semuanya.
Semua itu. Serpihan dunianya.
- Kelabu yang menghapus hitam
Kelabu yang menghapus putih
Kelabu yang menunjukkan segalanya -
Tamat